Babak Baru Geopolitik Dunia

BABAK baru terjadi. Hubungan diplomatik Arab Saudi dan Iran kembali normal. Kedua negara di kawasan Timur Tengah ini sepakat akan membuka kembali kedutaan besarnya masing-masing.

Normalisasi ini memberikan dampak meredakan ketegangan dan pemulihan perdamaian di kawasan tersebut, juga dunia, sehingga stabilitas geopolitik terjaga.

Babak baru, memang menyimpan detik-detik yang genting. Detik-detik ini mungkin singkat, tapi inilah hal yang menakjubkan telah terjadi: normalisasi hubungan Arab Saudi dan Iran.

Bagaimanapun dunia menandai peristiwa yang menakjubkan ini, satu hal pasti: semua bangsa di dunia butuh damai, oleh karenanya bertanggung jawab menjaga perdamaian dunia.

Memang semua ini bisa dikatakan, babak baru geopolitik. Geopolitik, yang secara luas merujuk pada hubungan antara politik dan teritori dalam skala lokal atau internasional, disebabkan adanya babak baru ini bangsa-bangsa di dunia jadi mempunyai “momentum” untuk memilih damai.

Pilihan ini bisa saja pada mulanya dalam hitungan geostrategi, namun ada yang tidak tunggal ditetapkan, yakni bernama “keharusan.”

Dalam babak baru geopolitik ini Arab Saudi dan Iran, memilih “momentum” sebagai jembatan bermartabat merayakan perdamaian.

Serta kedua negara yang telah lama berkonflik ini menempuh jalan “keharusan” untuk memiliki kemerdekaan transendental, sebagai bangsa yang bisa akur-akur selalu menjaga perdamaian dunia.

Konstruksi pemikiran geopolitik

Kondisi ini, tentu saja menjadi tonggak sejarah baru dalam konflik berkepanjangan atas hubungan kedua negara tersebut dalam tujuh tahun terakhir.

Sehingga negara-negara lain di kawasan tersebut seperti Qatar, UEA, Irak, Oman, Lebanon, dan Bahrain menyatakan sentimen positif terhadap keputusan kedua negara tersebut untuk melanjutkan hubungan diplomatik.

(Prof. DR. Drs. Ermaya Suradinata, SH, MH, MSI, adalah mantan Dirjen Sospol Depdagri RI, Rektor IPDN, Gubernur Lemhannas RI, dan saat ini Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI.)

id_IDIndonesian