Pesan Geopolitik Indonesia Menjaga Dunia

Ada pesan tentang kekuatan ketahanan suatu bangsa, yang seharusnya pesan ini tak boleh dilupakan, terlebih ketika masa kini Indonesia memasuki era global di mana banyak negara persenjataannya begitu canggih.

Dalam pidato peresmian Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Lemhannas RI tahun 1965, Bung Karno menegaskan bahwa pertahanan nasional hanya dapat dilaksanakan secara sempurna bila suatu bangsa mendasarkan pertahanan nasional atas pengetahuan geopolitik.

Geopolitik, dengan demikian, menjadi kata yang bertuah. Dan Bung Karno memberikan pesan ini untuk Indonesia guna membangun kekuatan nasional yang tangguh dan mandiri. Sepertinya pemimpin besar ini telah meberi panduan: bahwa ada hubungan erat antara geopolitik dan persenjataan.

Pesan itu lebih dari setengah abad silam telah berkumandang, namun tetap saja kini masih bertuah: relevan. Di mana pesan itu semakin terejawantah dan nyata dalam konteks masa kini, ketika pada Jumat, 21 Juli 2023, Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi dan Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto melakukan kunjungan kehormatan ke Prancis untuk bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Tentu saja kehadiran delegasi Indonesia itu atas sepengetahuan Presiden RI Ir. Joko Widodo untuk bertemu dengan Presiden Prancis Emanuel Macron. Kemudian mereka pun membahas kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan antara kedua negara untuk transfer teknologi, pengembangan, dan produksi bersama dalam rangka membangun strategic autonomy Indonesia.

Dalam kemitraan Indonesia dan Prancis ini, Indonesia lewat statemen Menlu RI Retno Marsudi, menegaskan bahwa Indonesia harus berkontribusi positif untuk menciptakan dunia yang lebih stabil, aman, dan damai.

Tentu saja hal itu menjadi tanda mata dari sebuah pesan yang kukuh: Indonesia punya kekuatan untuk menjaga ketertiban dunia dan perdamaian yang abadi. Kemampuan ini, dalam konsep geopolitik dan geostrategi, merupakan aspek yang sangat penting dalam peran Indonesia pada tingkat global.

Di hadapan negara perkasa semacam Prancis, statemen yang dikumandangkan Menlu RI Retno Marsudi tadi sama sekali bukan sok jago. Melainkan, satu pesan dari kesadaran geopolitik sebuah bangsa yang menyadari posisinya strategis.

Posisi Indonesia demikian strategis terletak di antara dua benua dan dua samudera, maka dapat bermanfaat dalam hubungan internasional.

Dengan memahami geopolitik, dan dengan menerapkan sikap geopolitik Indonesia “Wawasan Nusantara”bangsa Indonesia pun dapat menghadapi tantangan dan memanfaatkan potensi strategisnya itu secara efektif dalam skenario nasional dan internasional.

Aspek yang sangat penting ini, yang juga secara geopolitik dan geostartegi mendasari Indonesia berkomitmen untuk berperan aktif dalam mencari solusi damai dan diplomatis, dalam mengatasi konflik dan krisis regional dan global.

Bersamaan pula hal yang mendasarinya bahwa sebagai negara yang geografinya demikian luas, dengan jumlah penduduk yang besar, serta keberhasilan Indonesia dalam menjaga stabilitas dan perdamaian dalam negeri tentulah ini menjadi nilai tambah dalam kontribusi penting untuk menjaga perdamaian dunia secara keseluruhan.

Dengan berkomitmen untuk berperan aktif di dunia internasional inilah: Indonesia ber¬usaha terus menjadi kekuatan positif yang membantu menjaga stabilitas dan ketertiban dunia.

Komitmen ini disertai pula pada kemampuan alat utama sistem senjata (alutsista) Indonesia yang merupakan kombinasi dari berbagai faktor. Di sinilah Indonesia telah memiliki alutsista canggih dan modern, serta berhasil mengembangkan alutsista dalam negeri seperti tank dan sistem pertahanan udara.

Itulah pula mengapa peningkatan kemampuan alutsista menjadi prioritas bagi Indonesia selain untuk menjaga kedaulatannya, menghadapi tantangan keamanan, juga untuk lebih aktif berperan dalam perdamaian global.

Maka wajar dalam pertemuan di Prancis itu, Menlu Retno menekankan pentingnya kerja sama yang tidak sebatas pada jual beli alutsista, tetapi juga melibatkan transfer teknologi, pengembangan, dan produksi bersama.

Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia pun berpotensi memiliki kemandirian dalam sektor strategis, dan tidak tergantung sepenuhnya pada impor persenjataan.

 

(Prof. DR. Drs. Ermaya ­Suradinata, SH, MH, MSI, adalah mantan Dirjen ­Sospol Depdagri RI, Rektor IPDN, Gubernur ­Lemhannas RI, dan saat ini Dewan ­Pakar Bidang Geopolitik dan ­Geostrategi BPIP RI.)

id_IDIndonesian