Implikasi Geopolitik: Konflik Iran-Israel Bisa Picu Perang Dunia III

Oleh: Prof. Dr. Drs. Ermaya Suradinata, S.H., M.H., M.Si.
Editor: Dhania Puspa Purbasari

PASCA-serangan udara terhadap Konsulat Iran di Damaskus yang menewaskan dua jenderal dan lima penasihat militer, Senin (1/04) petang, membuat Iran membalas.

Pada Minggu (14/04), Iran meluncurkan serangan ke Israel menggunakan 70 drone, 30 rudal jelajah, dan 110 rudal balistik.

Konflik Iran-Israel tidak hanya memperpanjang konflik yang sudah lama terjadi, tetapi juga menciptakan ketegangan yang dapat memengaruhi stabilitas regional, bahkan global.

Dalam lanskap geopolitik saat ini, ketegangan antara kedua negara tersebut telah menjadi subjek yang memicu kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya Perang Dunia III.

Akar sejarah konflik antara Iran dan Israel sangat kompleks dan beragam, dengan perbedaan ideologi, agama, dan kepentingan geopolitik yang bertentangan di kawasan Timur Tengah.

Israel, sebagai negara Yahudi yang didirikan setelah Perang Dunia II, telah menjadi sekutu dekat Amerika Serikat dan sekutu regional di kawasan tersebut.

Di sisi lain, Iran, negara mayoritas Muslim Syiah, telah menjadi rival utama Israel dan AS, dengan kepentingan geopolitik berbeda, terutama terkait pengaruh regional di Timur Tengah.

Persaingan kekuatan di kawasan tersebut semakin memperumit situasi. Iran mendukung kelompok militan di Suriah, Lebanon, dan Gaza, seperti Hezbollah dan Hamas, yang menjadi ancaman bagi keamanan Israel.

Israel pun telah melancarkan serangan udara terhadap target-target Iran di Suriah sebagai respons ancaman keamanannya.

Eskalasi konflik antara kedua negara tersebut menciptakan ketegangan yang konstan di kawasan tersebut, dengan potensi untuk memicu konflik lebih besar. Maka implikasi geopolitik dari konflik Iran-Israel sangat luas.

Gangguan dalam pasokan energi global dapat terjadi karena Iran adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia.

Konflik ini juga dapat memengaruhi keseimbangan kekuatan di kawasan tersebut dan memicu intervensi negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan China, di mana ini bisa meningkatkan risiko perang regional, bahkan dunia.

Dengan demikian, konflik antara Iran dan Israel memiliki implikasi geopolitik yang mendalam dan berpotensi memicu Perang Dunia III. Mencegah eskalasi konflik yang lebih lanjut dan mencari solusi damai harus menjadi fokus utama komunitas internasional.

Dampak ekonomi global

Sementara itu, implikasi ekonomi dari konflik ini juga signifikan. Eskalasi konflik dapat mengganggu perdagangan dan investasi di Timur Tengah, serta memengaruhi pasar keuangan global.

Dampaknya terhadap ekonomi global, terutama dalam kenaikan harga minyak mentah dan pelemahan beberapa mata uang, menunjukkan betapa seriusnya ketegangan semacam itu terhadap stabilitas pasar keuangan.

Jika situasi ini terus memburuk, maka dampaknya tidak akan terbatas pada fluktuasi mata uang dan harga minyak saja, tetapi juga bisa mengganggu jalur perdagangan internasional, seperti Terusan Suez, yang kemudian akan berdampak pada ketidakstabilan rantai pasokan dan ekonomi global secara keseluruhan.

Salah satu dampak yang paling nyata adalah lonjakan harga minyak mentah, yang telah mengubah dinamika pasar energi di berbagai belahan dunia.

Sejak memanasnya konflik, harga minyak mentah Brent telah melonjak dari 77,4 dollar AS per barel pada 1 Januari 2024 menjadi 90,29 dollar AS per barel pada Senin, 15 April.

Demikian pula, harga minyak mentah jenis WTI juga mengalami kenaikan signifikan sejak awal tahun.

Kenaikan harga minyak mentah ini tidak hanya memberikan dampak langsung pada negara-negara pengimpor minyak, efeknya juga secara luas dalam perekonomian global.

Negara-negara yang bergantung pada impor minyak untuk memenuhi kebutuhan energi menghadapi beban tambahan dalam anggaran mereka, yang dapat mengganggu keseimbangan ekonomi dan meningkatkan tekanan inflasi.

Selain itu, konflik antara Iran dan Israel juga telah menyebabkan pelemahan nilai tukar beberapa mata uang. Hal ini terjadi karena investor cenderung mencari perlindungan di aset-aset yang dianggap lebih aman, seperti dollar AS, selama terjadi ketegangan geopolitik.

Sebagai akibatnya, mata uang seperti baht Thailand, won Korea, ringgit Malaysia, dan rupiah Indonesia, mengalami depresiasi terhadap dollar AS.

Maka penurunan nilai tukar dapat mengakibatkan kenaikan harga barang impor, yang pada gilirannya dapat memengaruhi daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

Implikasi signifikan terhadap kawasan

Dampak dari konflik antara Iran dan Israel juga membawa implikasi yang signifikan tidak hanya bagi Indonesia, melainkan pula bagi seluruh kawasan ASEAN.

Sebagai anggota ASEAN dengan ekonomi terbesar, Indonesia memiliki kepentingan utama dalam menjaga stabilitas pasokan minyak mentah, yang menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi negara.

Gangguan dalam pasokan minyak mentah tidak hanya berdampak pada sektor industri dan transportasi, tetapi juga dapat menyebabkan kenaikan harga energi yang merugikan daya beli masyarakat.

Di samping itu, Indonesia memiliki kepentingan geopolitik yang kuat dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan. Konflik di Timur Tengah, terutama antara Iran dan Israel, dapat menciptakan ketegangan lebih luas dan mengganggu stabilitas regional.

Sebagai negara yang aktif dalam diplomasi regional, Indonesia harus aktif berupaya untuk memediasi dan mempromosikan dialog guna mencegah eskalasi konflik yang dapat mengancam keamanan dan stabilitas kawasan ASEAN.

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus segera mengambil langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi potensi gangguan pasokan minyak mentah akibat konflik tersebut.

Langkah pertama yang harus diambil adalah diversifikasi sumber pasokan minyak mentah.

Meskipun Selat Hormuz menjadi jalur utama impor minyak mentah bagi Indonesia dari negara-negara seperti Nigeria, Arab Saudi, Angola, dan Gabon, pemerintah perlu mencari alternatif rute pasokan yang lebih aman dan dapat diandalkan.

Langkah-langkah ini menjadi sangat penting untuk memitigasi risiko gangguan pasokan dan menjaga kestabilan ekonomi Indonesia serta kawasan ASEAN secara keseluruhan.

Dengan mengambil langkah-langkah proaktif, Indonesia dapat memainkan peran lebih aktif dalam menjaga perdamaian dan stabilitas regional, sambil memastikan kepentingan ekonomi dan keamanan nasional terlindungi dengan baik.

Bersamaan pula konflik antara Iran dan Israel membawa dunia kembali ke masa-masa di mana aliansi militer memainkan peran sentral dalam politik global.

Munculnya ketegangan ini tidak hanya memunculkan bayangan akan era perang dingin atau bahkan perang dunia, tetapi juga memperkuat pertimbangan terhadap aliansi di balik masing-masing pihak.

Di tengah kondisi geopolitik yang penuh ketegangan ini, peran Indonesia sebagai negara yang berusaha menjadi jembatan antara berbagai blok menjadi semakin penting.

Diplomasi bilateral yang telah dibangun erat oleh Indonesia dengan berbagai negara selama ini merupakan modal berharga untuk menyuarakan perdamaian dan menjaga stabilitas global.

Sebagai negara besar dan berpengaruh di kawasan Asia Tenggara, Indonesia memiliki tanggung jawab besar dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas di tingkat regional dan global.

Dengan sejarah yang kaya dalam diplomasi dan non-blok, Indonesia telah membuktikan dirinya sebagai pemain kunci dalam penyelesaian konflik regional dan internasional.

Kehadiran Indonesia dalam forum-forum internasional, seperti ASEAN, PBB, dan Gerakan Non-Blok, memberikan platform bagi negara ini untuk memperjuangkan nilai-nilai perdamaian, keadilan, dan kesetaraan.

Dalam konteks konflik Iran-Israel, diplomasi Indonesia dapat berperan sebagai mediator yang netral dan dipercaya oleh kedua belah pihak.

Melalui diplomasi bilateral yang erat dengan Iran, Israel, dan negara-negara lain yang terlibat, Indonesia dapat memfasilitasi dialog dan negosiasi yang dapat mengarah pada penyelesaian damai konflik tersebut.

Indonesia juga dapat memobilisasi dukungan dari negara-negara lain di kawasan ASEAN dan di seluruh dunia untuk mendukung upaya perdamaian.

Namun, tantangan yang dihadapi Indonesia dalam peran mediasi ini tidaklah mudah. Kompleksitas konflik Iran-Israel dan kepentingan geopolitik yang terlibat membuat proses perdamaian menjadi sulit.

Maka dengan komitmen kuat, diplomasi bijaksana, dan dukungan dari masyarakat internasional, Indonesia memiliki potensi besar untuk memainkan peran signifikan dalam mengatasi konflik ini.

Bersamaan pula Indonesia juga dapat memanfaatkan hubungan yang telah dibangun dengan negara-negara di kawasan ASEAN dan di seluruh dunia untuk memperkuat upaya perdamaian.

(Prof. DR. Drs. Ermaya Suradinata, SH, MH, MSI, adalah mantan Dirjen Sospol Depdagri RI, Rektor IPDN, Gubernur Lemhannas RI, dan saat ini Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI.)

id_IDIndonesian