Astha Cita Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto: Memantapkan Sistem Pertahanan Negara

By: Prof. Dr. Drs. Ermaya Suradinata, S.H., M.H., M.S.
Editor: Dhania Puspa

Astha Cita yang diusung oleh Presiden Terpilih Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto, merupakan pilar utama dari visi kepemimpinannya untuk mem¬bangun Indonesia yang lebih kuat, mandiri, dan berdaulat. Salah satu cita-cita yang paling penting adalah “Memantapkan Sistem Pertahanan Negara” -sebuah agenda yang bertujuan untuk memperkokoh postur pertahanan nasional, yang menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan strategis global, serta memastikan kedaulatan dan keamanan bangsa Indonesia.

Dalam kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto, agenda ini tidak hanya menjadi prioritas keamanan, tetapi juga menjadi landasan bagi stabilitas sosial, ekonomi, dan politik nasional. Dengan pengalaman panjangnya di dunia militer dan sebagai mantan Menteri Pertahanan, tentulah ia memiliki pemahaman mendalam tentang tantangan yang dihadapi Indonesia dalam bidang pertahanan.

Dalam konteks geostrategis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, yang terletak di antara dua samudra dan dua benua, membuatnya sangat rentan terhadap berbagai ancaman, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu, memantapkan sistem pertahanan negara menjadi upaya yang mendesak untuk mengatasi ancaman tradisional seperti agresi militer, serta ancaman non-tradisional seperti terorisme, kejahatan lintas batas, dan serangan siber.

Salah satu aspek paling penting dalam memantapkan sistem pertahanan negara adalah modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista). Di era Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto, diharapkan kebijakan pertahanan Indonesia diproyeksikan akan berfokus pada penguatan alutsista yang lebih canggih dan sesuai dengan kebutuhan pertahanan kontemporer.

Bersamaan pula memantapkan sistem pertahanan siber menjadi prioritas, dengan mengembangkan kapabilitas pertahanan digital yang dapat melindungi Indonesia dari serangan yang bersifat asimetris dan tidak terlihat. Dalam hal ini, pemerintahan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto akan mengarahkan fokus pada pengem¬bangan teknologi siber, pelatihan sumber daya manusia di bidang keamanan siber, serta kerjasama internasional untuk memperkuat infrastruktur keamanan digital nasional.

Selain fokus pada modernisasi teknologi dan alutsista, pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam sistem pertahanan juga menjadi agenda utama. Kualitas dan profesionalisme personel militer merupakan faktor penting dalam membangun sistem pertahanan yang tangguh. Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto, sebagai mantan komandan militer, sangat memahami pentingnya pelatihan yang berkelanjutan dan pendidikan militer yang memadai bagi personel TNI.

Program pelatihan yang intensif, baik di dalam negeri maupun melalui kerjasama dengan negara-negara sahabat, akan menjadi salah satu prioritasnya untuk meningkatkan kompetensi dan kesiapan tempur prajurit Indonesia. Dalam upaya memantapkan sistem pertahanan, kerja sama internasional juga menjadi bagian integral dari strategi pertahanan Prabowo Subianto. Menghadapi ancaman yang semakin kompleks, Indonesia tidak dapat berjalan sendiri.

Sebagai pemimpin yang memiliki pengalaman luas dalam diplomasi pertahanan, Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto akan memperkuat hubungan bilateral dan multilateral di bidang keamanan, terutama dengan negara-negara tetangga serta mitra strategis seperti Amerika Serikat, Rusia, China, dan negara-negara Eropa. Kolaborasi ini akan mencakup latihan militer gabungan, pertukaran intelijen, dan pengembangan kemampuan bersama, yang pada akhirnya akan meningkatkan interoperabilitas dan kesiapan tempur Indonesia dalam menghadapi berbagai ancaman global.

Di samping kerjasama internasional, stabilitas regional juga menjadi perhatian Prabowo dalam memantapkan sistem pertahanan. Indonesia, sebagai pemimpin di ASEAN, harus mampu memainkan peran yang lebih aktif dalam menjaga stabilitas di kawasan Asia Tenggara. Rivalitas kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan China di kawasan ini menuntut Indonesia untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga menjadi pemain kunci dalam menciptakan keseimbangan kekuatan yang mendukung perdamaian dan stabilitas.

Dari itu memantapkan sistem pertahanan negara juga berarti menjaga kedaulatan nasional di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai negara kepulauan, Indonesia menghadapi tantangan khusus dalam menjaga integritas teritorial, terutama di wilayah-wilayah perbatasan dan daerah-daerah yang rentan terhadap gangguan. Prabowo Subianto akan memperkuat kehadiran militer di wilayah-wilayah strategis, terutama di perbatasan laut dan pulau-pulau terluar, untuk memastikan bahwa kedaulatan Indonesia tidak terganggu.

Dalam jangka panjang, memantapkan sistem pertahanan negara tidak hanya berarti melindungi Indonesia dari ancaman eksternal, tetapi juga memastikan bahwa sistem pertahanan ini dapat mendukung pembangunan nasional secara berkelanjutan. Prabowo Subianto akan memprioritaskan kebijakan yang tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga proaktif, dengan mengembangkan strategi pertahanan yang berfokus pada pencegahan dan diplomasi. Sistem pertahanan yang kuat dan mantap akan menjadi fondasi bagi terciptanya stabilitas nasional yang pada gilirannya akan mendukung pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Prof. Dr. Drs. Ermaya Suradinata, S.H., M.H., M.S. is the former Director General of Social Politics at the Ministry of Home Affairs of the Republic of Indonesia and the Governor of the National Defense Institute of Indonesia (2001-2005).

id_IDIndonesian