Asta Cita Dalam Tindakan Membangun Indonesia Maju

Asta Cita, sebagai visi strategis pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, merupakan manifestasi dari komitmen untuk membangun Indonesia Maju di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian. Dalam situasi yang semakin kompleks, terutama akibat disrupsi geopolitik dan tantangan ekonomi, efisiensi dalam pelaksanaan program pembangunan menjadi suatu keharusan.

Dengan delapan cita-cita utama yang meliputi kesejahteraan ekonomi, kedaulatan pangan dan energi, hingga pertahanan nasional yang tangguh, Asta Cita harus diimplementasikan dengan pendekatan yang adaptif terhadap dinamika global agar dapat menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik. Maka dinamika geopolitik yang terus berubah, seperti rivalitas kekuatan besar di Asia Pasifik, perang dagang, dan instabilitas regional, menuntut Indonesia untuk menerapkan diplomasi yang fleksibel serta kebijakan ekonomi yang adaptif.

Ketidakpastian global menuntut strategi pula yang tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi domestik, tetapi juga memperkuat peran Indonesia dalam rantai pasok global. Dengan mengadopsi pendekatan yang lebih proaktif, Indonesia dapat memanfaatkan peluang kerja sama internasional untuk mengamankan akses terhadap pasar, investasi, dan teknologi yang mendukung daya saing nasional. Dengan mengintegrasikan Asta Cita ke dalam kebijakan yang berorientasi pada ketahanan ekonomi dan kemandirian nasional, Indonesia dapat menghadapi tantangan global dengan lebih percaya diri. Penguatan sektor strategis melalui inovasi dan kerja sama internasional akan memberikan ketahanan yang lebih baik terhadap gejolak eksternal. Dengan demikian, Indonesia tidak hanya mampu bertahan dalam ketidakpastian global, tetapi juga mengambil peran yang lebih signifikan dalam dinamika ekonomi dan politik dunia.

Indonesia juga harus memastikan keberlanjutan industrialisasi yang berbasis pada keunggulan komparatifnya. Dengan mengoptimalkan sektor manufaktur dan industri kreatif, Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah dalam perdagangan internasional. Investasi dalam infrastruktur yang mendukung industrialisasi, seperti jalan tol, pelabuhan, serta sistem logistik yang efisien, menjadi bagian integral dari Asta Cita.

Termasuk pula di sini modernisasi alutsista menjadi keharusan dalam menghadapi dinamika ancaman yang terus berkembang. Sehingga pendekatan yang diambil harus terukur, memastikan bahwa setiap pengadaan dan peningkatan sistem pertahanan memberikan dampak maksimal tanpa membebani anggaran negara secara berlebihan. Efisiensi dalam belanja pertahanan dapat dicapai melalui pemanfaatan teknologi terkini, kerja sama industri pertahanan dalam negeri, serta strategi pembelian yang selektif dan berbasis kebutuhan strategis jangka panjang.

Selain modernisasi alutsista, penguatan keamanan siber menjadi aspek krusial pula dalam menjaga stabilitas nasional. Serangan siber terhadap infrastruktur strategis, termasuk sektor energi, komunikasi, dan pertahanan, dapat mengancam kedaulatan negara tanpa keterlibatan kekuatan militer konvensional. Oleh karena itu, pengembangan sistem keamanan siber yang adaptif, peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang ini, serta kolaborasi dengan mitra internasional menjadi langkah penting dalam membangun ketahanan digital yang solid.

Implementasi kebijakan pertahanan yang selaras dengan prinsip Asta Cita juga menitikberatkan pada kerja sama internasional dan inovasi teknologi. Dalam konteks ini, efek penggentar menjadi elemen penting dalam strategi militer Indonesia, memastikan bahwa setiap peningkatan kapabilitas pertahanan tidak hanya bersifat defensif, tetapi juga mampu mencegah potensi ancaman eksternal. Kolaborasi dengan negara lain dalam pengembangan teknologi militer serta latihan bersama menjadi langkah strategis dalam memperkuat postur pertahanan.

Sementara itu efisiensi dalam pengelolaan anggaran pertahanan menjadi kunci utama, agar pembangunan sektor ini tidak mengorbankan aspek lain yang juga vital, seperti pendidikan dan kesehatan. Keamanan nasional memang penting, tetapi tanpa kesejahteraan rakyat yang memadai, ketahanan suatu negara menjadi rapuh. Oleh karena itu, alokasi anggaran harus dilakukan secara cermat, memastikan bahwa setiap pengeluaran di sektor pertahanan memiliki dampak strategis yang nyata tanpa membebani keuangan negara secara berlebihan.

Keberlanjutan pembangunan kekuatan pertahanan harus diiringi dengan peningkatan kesejahteraan rakyat. Ketahanan nasional tidak hanya bergantung pada keunggulan militer, tetapi juga pada stabilitas sosial dan ekonomi yang kuat. Dengan menciptakan sinergi antara pertahanan dan kemajuan sosial, Indonesia dapat membangun sistem keamanan yang tidak hanya kokoh secara militer, tetapi juga didukung oleh masyarakat yang sejahtera dan berdaya saing tinggi.

Pembangunan sumber daya manusia (SDM) menjadi aspek lain yang tidak dapat diabaikan dalam mewujudkan Indonesia Maju. Efisiensi dalam sistem pendidikan dan pelatihan vokasi menjadi kunci dalam mencetak tenaga kerja yang adaptif terhadap perubahan zaman. Di tengah era disrupsi digital, kebijakan yang mendukung peningkatan kompetensi berbasis teknologi harus di-prioritaskan.

Dengan demikian, bonus demografi dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan daya saing Indonesia dalam ekonomi global. Sistem pendidikan juga harus lebih inklusif dan merata, sehingga kesenjangan sosial dapat dikurangi dan pertumbuhan ekonomi menjadi lebih berkelanjutan. Maka selain faktor dan pertahanan, stabilitas politik dalam negeri juga menjadi kunci dalam mewujudkan visi Asta Cita

Ketahanan politik yang kuat akan memberikan kepastian hukum dan regulasi yang lebih baik bagi dunia usaha dan investasi. Dengan memperkuat institusi demokrasi, meningkatkan transparansi pemerintahan, dan memperkuat tata kelola yang baik, Indonesia dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembangunan nasional. Kepercayaan publik terhadap pemerintahan yang stabil akan berkontribusi dalam mempercepat pencapaian tujuan pembangunan.

Asta Cita Cita harus menjadi instrumen utama dalam memastikan pembangunan yang berkelanjutan dan responsif terhadap tantangan zaman. Pemerintahan Prabowo-Gibran diharapkan mampu menerjemahkan visi ini ke dalam kebijakan yang konkret, dengan mengedepankan efisiensi dalam setiap tindakannya.

Di tengah ketidakpastian geopolitik global, Indonesia harus tetap berpegang pada prinsip kemandirian dan keberlanjutan, sehingga mampu menjadi negara yang maju dan berdaya saing tinggi di kancah internasional. Dengan visi yang jelas dan eksekusi yang terarah, Asta Cita dapat menjadi peta jalan bagi Indonesia untuk mencapai kejayaan di abad ke-21.

Prof. Dr. Drs. Ermaya Suradinata, SH, MH, MS
adalah anggota Dewan Pakar BPIP RI Bidang Geopolitik dan Geostrategi Manajemen Pemerintahan.

id_IDIndonesian