Geostrategi Sistem Pertahanan Poros Maritim Dunia
By: Prof. Dr. Drs. Ermaya Suradinata, S.H., M.H., M.S.
Editor: Dhania Puspa Purbasari
Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki posisi strategis yang sangat penting dalam kancah global. Sebagai Poros Maritim Dunia, Indonesia senantiasa mengembangkan strategi pertahanan yang komprehensif untuk memastikan keamanan dan kedaulatannya. Salah satu pendekatan yang menjadi krusial adalah strategi pertahanan berlapis yang mencakup kekuatan militer, keamanan siber, dan pertahanan sipil.
Pendekatan ini memungkinkan Indonesia untuk menghadapi berbagai jenis ancaman dengan lebih efektif. Dari sini, kekuatan militer menjadi pilar utama dalam strategi pertahanan berlapis. Sebagai negara maritim, Indonesia harus memiliki angkatan laut yang kuat untuk menjaga wilayah perairannya.
Penguatan armada laut dengan teknologi canggih dan peningkatan kapasitas personel menjadi prioritas. Selain itu, angkatan udara dan darat juga harus dipersiapkan untuk menghadapi potensi ancaman dari udara dan daratan. Latihan militer yang rutin dan peningkatan kerjasama dengan negara-negara tetangga, dapat meningkatkan kemampuan taktis dan strategis TNI dalam menghadapi situasi darurat.
Kemudian keamanan siber menjadi komponen penting dalam strategi pertahanan modern. Di era digital ini, ancaman siber dapat datang dari berbagai arah dan memiliki dampak yang luas terhadap keamanan nasional. Indonesia harus mengembangkan sistem keamanan siber yang kuat untuk melindungi infrastruktur kritis, termasuk jaringan komunikasi, sistem perbankan, dan instalasi militer. Investasi dalam teknologi siber, pelatihan personel, dan kerjasama internasional dalam berbagi informasi intelijen siber sangat penting untuk mencegah dan menangani serangan siber.
Lalu pertahanan sipil memainkan peran yang tak kalah penting dalam strategi pertahanan berlapis. Pertahanan sipil melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam upaya menjaga keamanan nasional. Edukasi dan pelatihan masyarakat mengenai penanganan bencana, evakuasi darurat, dan tindakan pencegahan dapat meningkatkan ketahanan nasional. Selain itu, pemerintah harus membangun infrastruktur yang tangguh dan sistem peringatan dini untuk mengurangi risiko dan dampak bencana alam atau serangan.
Maka pendekatan pertahanan berlapis ini tidak hanya fokus pada kekuatan militer semata, tetapi juga melibatkan seluruh komponen bangsa dalam upaya menjaga keamanan dan kedaulatan. Sinergi antara kekuatan militer, keamanan siber, dan pertahanan sipil akan menciptakan sistem pertahanan yang lebih solid dan adaptif terhadap berbagai jenis ancaman. Dalam konteks geopolitik yang terus berubah, Indonesia harus terus memperkuat strategi ini untuk menghadapi tantangan masa depan.
Sebagai Poros Maritim Dunia, Indonesia harus mampu pula mengelola dan melindungi wilayah maritimnya dengan efektif. Dengan menerapkan strategi pertahanan berlapis yang komprehensif, Indonesia dapat memastikan bahwa setiap ancaman dapat dihadapi dengan tepat dan cepat. Kekuatan militer yang handal, sistem keamanan siber yang canggih, dan masyarakat yang siap siaga adalah kunci untuk menjaga stabilitas dan keamanan nasional.
Maka keamanan maritim, khususnya di jalur pelayaran seperti Selat Malaka, menjadi prioritas utama pula untuk memastikan kelancaran arus perdagangan dan menjaga integritas teritorial. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan Angkatan Laut dan penjaga pantai sangat penting dalam mengatasi ancaman seperti pembajakan dan penangkapan ikan ilegal.
Sistem pertahanan poros maritim dunia, bagi Indonesia, sebagai konsep geostrategi merujuk pada strategi militer dan diplomatik yang diterapkan untuk mengamankan kepentingan nasional. Hal ini berarti mengembangkan kerjasama militer dan diplomasi pertahanan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara dan kawasan Indo-Pasifik.
Indonesia dalam ASEAN memainkan peran penting guna memperkuat kerjasama regional, sementara hubungan bilateral dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, China, dan Australia membantu menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan. Modernisasi alutsista dan peningkatan kemampuan personel militer juga menjadi elemen kunci dalam memperkuat kapabilitas pertahanan nasional.
Tantangan yang dihadapi Indonesia tidak hanya berasal dari luar, tetapi juga dari dalam negeri. Ancaman terorisme dan ekstremisme, serta ketegangan di Laut China Selatan, memerlukan pendekatan yang komprehensif dan strategis. Dari sini Indonesia mengadopsi strategi pertahanan berlapis yang mencakup kekuatan militer, keamanan siber, dan pertahanan sipil.
Kerjasama regional dan internasional, latihan militer bersama, serta pembangunan infrastruktur pertahanan yang canggih menjadi bagian integral dari upaya tersebut. Dengan memanfaatkan posisi geografis yang strategis, memperkuat kapabilitas militer, dan meningkatkan kerjasama internasio-nal, Indonesia dapat menjaga kedaulatan, keamanan, dan stabilitas nasional serta regional dengan lebih efektif.
Dari itu Indonesia fokus pula pada beberapa aspek penting dalam strategi pertahanannya. Keamanan maritim adalah salah satu prioritas utama, mengingat ancaman seperti pembajakan, penangkapan ikan ilegal, dan penyelundupan yang sering terjadi di perairan Indonesia. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan Angkatan Laut, dan penjaga pantai sangat, diperlukan untuk menjaga keamanan dan stabilitas di perairan ini.
Selain itu, diplomasi pertahanan memainkan peran yang sangat penting. Kerjasama militer dengan negara-negara lain, khususnya di Asia Tenggara dan Pasifik, dapat memperkuat posisi Indonesia dalam menghadapi ancaman regional. Bersamaan pula dari sini modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista), hal ini merupakan elemen penting dalam meningkatkan kapabilitas pertahanan Indonesia.
Dengan mengadakan teknologi militer canggih dan meningkatkan kemampuan personel militer, Indonesia dapat lebih efektif menghadapi ancaman konvensional maupun non-konvensional. Teknologi modern memungkinkan militer Indonesia untuk merespons berbagai situasi dengan lebih cepat dan akurat, serta memperkuat posisi strategisnya di kawasan.
Ketegangan di Laut China Selatan juga merupakan ancaman potensial bagi keamanan regional. Klaim teritorial oleh China yang bertentangan dengan klaim negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, menimbulkan risiko konflik. Indonesia harus menjaga netralitas dan kedaulatan di wilayah Natuna yang berdekatan dengan area sengketa.
Ketegangan di Laut China Selatan juga merupakan ancaman potensial bagi keamanan regional. Klaim teritorial oleh China yang bertentangan dengan klaim negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, menimbulkan risiko konflik. Indonesia harus menjaga netralitas dan kedaulatan di wilayah Natuna yang berdekatan dengan area sengketa.
Prof. Dr. Ermaya ¬Suradinata, S.H., M.H., M.S. adalah Gubernur Lemhannas RI (2001-2005).